Wednesday, May 25, 2011

Teater Koma - Sie Jin Kwie Kena Fitnah

Taman Ismail Marzuki, 12 Maret 2011



Cerita Sie Jin Kwie Kena Fitnah adalah kelanjutan dari cerita pertama. Disini diceritakan Sie Jin Kwie sedang dalam perjalanan pulang ke rumah istrinya setelah pergi berperang. Di perjalanan pulang Sie jin Kwie bertemu dengan anak laki laki yang sedang berburu burung belibis. Diceritakan saking mahirnya burung burung tersebut terkena panah tepat di bagian paruhnya. Akan tetapi tiba tiba2 munculnya raksasa yang dikisahkan jelmaan Thio Bie Jin, musuh Sie Jin Kwie. Sie Jin Kwie segera memanah raksasa itu, tapi malang, ternyata panah justru terkena anak laki laki tadi.

Sampai di rumah , istri Sie Jin Kwie, Liu Kim Hwa, tidak percaya jika suaminya pulang. Keyakinan bahwa suaminya yang pulang didapat setelah Liu Kim Hwa melihat tanda lahir di tangan kanan Sie Jin Kwie. Sepeninggal Sie Jin wie ternyata putranya sudah beranjak remaja berumur 12 tahun, sedangkan putrinya Tin San masih berusia 6 tahun. Di ceritakan istrinya, putra mereka sedang pergi berburu, dan alangkah kagetnya Sie Jin Kwie ternyata anak laki laki yang dipanah tadi adalah putranya sendiri. Liu Kin Hwa marah, apalagi Sie Jin Kwie pulang tidak membawa apa apa, masih prajurit seperti saat pergi. Akhirnya Sie Jin Kwie memberitahu istrinya bahwa dia diangkat menjadi Raja Muda dan dibuatkan istana di Xan Si. Liu Kim Hwa tidak percaya sampai akhirnya Sie Jin Kwie pun menunjukkan stempel emas, dan mereka pergi ke Xan Si.

Sementara itu di Kerajaan Tang, anggota keraajan yang lain Li To Chong dan istrinya Thio Bie Jin sangat iri dengan pencapaian Sie Jin Kwie.  Selain iri, marga Thio juga ingin membalas dendam atas pembantaian marga Thio karena berontak kepada raja yang disarankan oleh Sie Jin Kwie. Maka dengan dibantu oleh Thio Jin, marga Thio lainnya yang berhasil lolos dari pembantaian,  merencanakan skenario jahat untuk menjatuhkan Sie Jin Kwie.

Akhirnya mereka berencana menjebak dan memfitnah Sie Jin Kwie agar dihukum oleh raja. Thio Jin pun menyamar dan membuat surat panggilan plasu dari raja lengkap dengan stempel kerajaan. Sie Jin Kwie yang awalnya ragu, akhirnya percaya dan memenuhi undangan raja yang palsu tersebut untuk datang ke ibukota. Karena diminta datang sendiri, Sie Jin Kwie tidak membawa pengawal. Sesampainya di ibukota Sie Jin Kwie di cegat oleh Li To Cong dan mengundangnya untuk minum dan mampir ke rumah.

Di rumah Li To Cong, Sie Jin Kwie di jamu arak yang sudah di beri obat bius yang kuat sehingga Sie Jin Kwie tidak akan bangun dalam waktu dekat.  Saat sudah terbius dan tertidur, Sie Jin Kwie di bawa ke kamar Loan Hong, anak Li To Cong.  Jebakan ini dibuat agar seakan akan Sie Jin Kwie memperkosa Loan Hong. Loang Hon menolak rencana ayahnya, karena itu berarti dia akan kehilangan kehormatan di mata masyarakat. Li To Cong dan Thio Bie Jin tetap pada pendiriannya, dan akhirnya memaksa Loan Hong untuk bunuh diri dan melompat dari jendela.

Kejadian ini membuat Li To Cong murka, dan semakin keras keinginannya untuk memenjarakan Sie Jin Kwie. Dengan tuduhan memperkosa dan membunuh Loan Hong. Sie Jin Kwie disiksa selama dipenjara, tetapi karena efek obat bius yang terlalu kuat, justru membuat Sie Jin Kwie tetap tidak sadarkan diri. Li To Cong mengusulkan kepada raja agar Sie Jin Kwie dihukum mati, tetapi rencanan tersebut dpaat digagalkan oleh Tha Kauw Kim, sahabat Sie Jin Kwie, yang meminta raja agar menunda hukuman sampai Sie Jin Kwie bangun dan bisa menjelaskan duduk perkaranya.

Saat Sie Jin Kwie sudah sadarkan diri, dia selalu dibawakan makanan dan dijenguk oleh para sahabatnya. Sedangkan Li To Cong sendiri tidak pernah memberinya makanan agar Sie Jin Kwie mati kelaparan. Thio Jin pun menyarankan kepada Li To Cong agar melarang semua kunjungan terhadap Sie Jin Kwie. Karena larangan ini, Sie Jin Kwie terancam mati kelaparan. Para sahabatnya meminta bantuan Cin Bong, putra Cie Bok Kong untuk menyusup ke penjara dan membawakan makanan untuk Sie jIn Kwie. Cin Bong pun dengan semangat bersama rekan-rekannya berhasil mengelabui para penjaga, dan bahkan membuat Li To Cong luka luka. Li To Ocng melaporkan hal ini pada sang raja. Tetapi raja tidak mempercayaai bagaimana seorang anak kecil bisa membuat orang dewasa luka luka. Raja Li Sie Bin menyuruh Li To Cong pulang.

Persidangan dilanjutkan karena Sie Jin Kwie sudah siuman dan raja kembali memutuskan hukuman mati untuk dilaksanakan. Thia Kauw Kim mengirimkan surat permintaan pertolongan kepada dua penasehat kerajaan Utti Kiong dan Utti Pekong. Keduanya adalah sahabat ayah Raja Li Sie Bin. Selain nasehatnya di dengar raja, keduanya juga mempunyai hak veto terhadap keputusan raja. Sayangnya, karena kesibukan masing-masing, tak satu pun bisa segera datang ke ibukota. Utti Kiong sedang sibuk mengawasi pembuatan patung-patung Buddha untuk seluruh kerajaan. Dan diapun juga buta huruf jadi jelas tak bisa membaca surat yang dikirimkan. Sementara Utti Pokeng malah terlalu kalem dan senang bersyair. Ia membalas pesan Thia Kauw Kim justru dengan bersanjak yang intinya menyuruh agar membiarkan saja Sie Jin Kwie menghadapi takdirnya.

Li To Cong terus mendesak agar Sie Jin Kwie dihukum mati. Sementara itu dirumahnya, istri Sie Jin Kwie, Liu Kim Hwa mendapat kabar malang tersebut dari putrinya yang sudah beranjak dewasa. Begitu juga Putri Zhae juga menerima kabar tersebut dari asistennya. Putri Zhae adalah tunangan Sie Jin Kwie, sebelum Sie Jin Kwie memutuskan untuk menikahi Liu Kim Hwa. Walaupun sudah memutuskan untuk hidup membiara selepas pernikahan Sie Jin Kwie, akhirnya Putri Zhae tetap berangkat ke ibukota untuk menolong Sie Jin Kwie. Begitu juga dengan Sie Kim Lian, putri Sie Jin Kwie, berangkat bersama dua sahabatnya untuk menolong ayahnya.

Sementara itu Utti Kiong akhirnya mengetahui apa yang terjadi di ibukota terhadap Sie Jin Kwie. Utti Kiong berangkat ke istana dan mengamuk disana. Berita mengamuknya Utti Kiong diterima oleh sahabat-sahabat Sie Jin Kwie. Mereka lalu bergegas ke istana dan di sana Utti Kiong benar-benar marah dan sedang mengamuk. Apalagi raja Li Si bin yang sudah gelap mata terhasut Li To Cong tidak menggubris, dan malah masuk kamar meninggalkan Utti Kiong di depan kamar yang terkunci. Utti Kiong yang mengejar lantas mencoba mengetuk, tapi tak dibukakan pintu dan malah disuruh pulang. Ia tetap mengetuk ngetuk pintu dengan ruyung hingga ruyung dari besi itu hancur menjadi 16 bagian. Karena masih tak digubris raja, Utti Kiong kemudian bunuh diri di depan kamar raja. Kejadian itu membuat geger ibukota.

Thia Kauw Kim kemudian meminta kepada raja agar hukuman mati terhadap Sie Jin Kwie ditunda karena negara dalam masa berkabung. Akhirnya raja Li Si Bin setuju dan menunda hukuman mati hingga musim semi mendatang. Sie Jin Kwie pun dibawa kembali ke penjara.

Sudah 3 kali musim semi terlewati hukuman mati belum juga dijatuhkan. Sementara, kerajaan Tartar Barat pimpinan Sou Po Tong sedang bersiap-siap menjatuhkan Raja Li Si Bin agar dapat menguasai kerajaannya. Dengan pasukan besar berjumlah 500.000 prajurit, pasukan Sou Po Tong merebut kota demi kota milik kerajaan Tang hingga hampir mencapai ibukota.

Pada saat yang bersamaan, Li To Cong  terus mengingatkan raja akan terkatung-katungnya hukuman mati Sie Jin Kwie. Seketika itu juga Li Si Bin menitahkan agar hukuman mati dilaksanakan saat itu juga di hadapannya di istana. Ia memerintahkan Sie Jin Kwie diambil dari penjara dan diseret ke hadapannya. Saat algojo siap memancung kepala Sie Jin Kwie, tiba-tiba Utti Pokeng datang. Dengan syairnya ia mengingatkan raja akan nilai-nilai kebajikan. Di samping itu, ia mengingatkan kembali maklumat raja yang dipegangnya, ditandatangani dengan sumpah darah oleh Raja Li Si Bin dan ayahnya Raja Thian. Isinya menyatakan bahwa apapun yang terjadi, apabila kelak Sie Jin Kwie melakukan kesalahan bahkan dihukum mati sekalipun oleh pengadilan, karena jasa-jasanya yang begitu besar bagi kerajaan, maka raja harus mengampuninya. Diingatkan begitu, raja sedih dan ia tahu harus mematuhi sumpah itu karena merupakan “perjanjian dengan langit”. Maka, Sie Jin Kwie pun akan dibebaskan.

Sementara itu Sou Po Tong semakin mendekati ibukota. Raja kebingungan mencari panglima untuk pasukannya.  Thia Kauw Kim mengusulkan kepada raja agar mengangkat Sie Jin Kwie menjadi panglima besar. Raja setuju dan menyuruh utusan ke penjara dimana Sie Jin Kwie masih berada dan membawa pakaian kebesaran panglima dan stempel emas kerajaan. Sie Jin Kwie menolak permintaan utusan raja dan menyuruh mereka pulang karena merasa nama baiknya belum dipulihkan. Para utusan bingung, mereka takut dihukum mati karena gagal menjalankan perintah raja. Di tengah kegalauan dan kerakitan para utusan raja, mereka bertemu dengan Thia Kauw Kim yang mengajak mereka kembali dan membujuk Sie Jin Kwie. Setelah Thia Kauw Kim memastikan aka menyeret Li To Cong ke pengadilan, barulah Sie Jin Kwie mau menerima mandat raja.

Thia Kauw Kim dan para sahabat menyelidiki problem yang dialami Sie Jin Kwie, danmenemukan dibalik itu ada hasutan oleh Thio Jin, sepupu Thio Bie Jin. Mereka menjemput Li To Cong dan Thio Jin dan membawa mereka ke istana. Thio Jin tidak mengaku bahwa dia Thio Jin, karena semua marga Thio sudah dibantai kerajaan. Thi Jin mengaku bahwa dia adalah Chao Po San, tetapi tidak digubris dan tetap diseret ke istana.
Saat suami dan sepupunya di bawa ke istana, Thio Bie Jin didatangi Sie Kim Lian dan dua sahabatnya. Karena merasa tersudut,  Thio Bie Jin menantang duel adil satu lawan satu. Sie Kim Lian mempersilakan Thio Bie Jin untuk memilih salah satu diantara mereka menjadi lawannya. Thio Bie Jin ternyata memilih Sie Kim Lian, putri Sie Jin Kwie, yang sebenarnya paling jago pedang. Dan Sie Kim Lian berhasil membunuh Thio Bie Jin.

Di istana, raja Li Si Bin memohon agar Sie Jin Kwie mengampuni pamannya Li To Cong. Sie Jin Kwie menolaknya dan segera pergi mempersiapkan pasukan untuk melawan Sou Po Tong. Sepeninggal Sie Jin Kwie, Thia Kau Kim memberikan ide ke agar raja membuat cara seolah olah Li To Cong telah dihukum mati dengan cara menyembunyikan di dalam lonceng raksasa di sebuah biara tua. Dengan demikian raja bisa berkata bahwa Li To Cong telah mati dan Sie Jin Kwie bisa berkonsentrasi berperang melawan Sao Po Tong. Raja setuju usul Thia Kauw Kim.

Akhirnya Li To Cong dibawa ke biara sedangkan Thi Jin di hukum mati. Di biara tersebut sudah ada sebeuah lonceng raksasa untuk tempat sembunyi Li To Cong. Thia Kauw Kim menyuruh Li To Cong untuk segera masuk ke dalam lonceng tersebut dengan di bantu pengawal kerajaan. Li To Ocng yang tidak punya pilihan lain, menuruti apa kata Thia Kauw Kim. Setelah Li To Cong masuk ke dalam lonceng, ternyata Thia Kauw Kim mempunyai rencana lain. Dia dan pasukannya membakar lonceng dan biara itu. Begitu juga dengan alasan yang  digunakan dihadapan raja nantinya, bahwa karena berada di dalam lonceng raksasa yang berat itu, Li To Cong tidak bisa diselamatkan.

Akhir cerita, di perbatasan sudah berhadapan pasukan Sie Jin Kwie dan Sapo Po Tong. Bagaimana kelanjutannya? Tunggu tahun depan....=)


image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
image name image name image name image name
 image name

Wednesday, April 27, 2011

Kampong Glam, Singapore

Kampong Glam and Bugis are two colorful districs, full of shops, restaurants, markets, cultural building and temples. For food lovers, Arab Street offers you various kind of middle eastern food, i.e Lebanese, Egyptian, Turkish, etc. Here also lies, Masjid Sultan, the biggest masjid in Singapore with its golden dome. Another masjid nearby is Masjid Hajjah Fatimah. Right through Waterloo St, there a two temples worth to visit : Sri Khrisnan and Kwan Im Thong Hood Cho.










"Masjid Sultan" - It was originally built by Sultan Hussain Shah of Johore in 1824 and has a massive golden dome on it.





















"Masjid Hajjah Fatimah" - Masjid with beautiful design mixed of Malay and colonial styles. At the back of the Mosque are a number of old tombstones including Hajjah Fatimah's.










"Kwan Im Thong Hood Choo Temple" - The famous Chinese temple which is dedicated to Kwan Im, the Goddess of Mercy.













"Sri Khrisnan Temple" -  This Hindu temple was dedicated to Sri Krishna and his consort Rukmini.













"Singapore Bazaar and Flea Market" - Great place to get cheap T Shirt, shoes, sandals, and many accessories.






more pictures:
image name image name image name image name image name image name image name image name
image name image name image name image name image name image name image name